LEBIH
KAPASITAS : Penonton yang pingsan akibat berjubelnya suporter di
Stadion Gelora Bung Karno Jakarta. FOTO :CHARLIE.LOPULUA/INDOPOS
JAKARTA – Kekalahan timnas Indonesia dari Malaysia dalam laga final sepak bola SEA Games tadi malam (21/11) diiringi kabar duka. Dua penonton yang menyaksikan pertandingan di Gelora Bung Karno (GBK) tersebut tewas karena terinjak-injak penonton lain. Peristiwa menyedihkan itu terjadi beberapa menit setelah peluit tanda pertandingan dimulai dibunyikan. Di antara dua orang yang tewas tersebut, hanya satu yang bisa diketahui identitasnya. Dia adalah Reno Alvino yang berusia 21 tahun. Satu jenazah lainnya hingga berita ini ditulis (pukul 23.30) belum diketahui karena tanpa identitas.
Identitas Reno bisa diketahui setelah ada seorang lelaki yang mengaku bernama Helmi Gemael melihat langsung ke ambulans yang membawa jenazah korban. Helmi mendapatkan penjelasan dari petugas medis bahwa Reno tewas karena terinjak-injak suporter lain hingga kehabisan napas. Helmi yang mengaku sebagai sepupu Reno itu membeberkan bahwa kejadian tersebut bermula dari usaha masuk ke dalam stadion. Helmi menyebut bahwa dirinya dan Reno mengantre di pintu sektor 15 GBK.
”Kami punya tiket, tapi harus mengantre. Yang lain juga begitu. Tapi, ada yang tidak punya tiket, ikut ngantre juga. Jadinya desak-desakan,” cerita Helmi kepada beberapa wartawan.Setelah berdesak-desakan itu, Helmi terpisah dari Reno. Nah, saat mendengar ada korban yang dibawa ke ambulans, dia merasa tidak enak dan berusaha mengecek. Ternyata, ketika dicek, korban tersebut adalah adik sepupunya itu. ”Saya lihat tubuhnya sudah babak belur semua,” tambah Helmi. Petugas medis yang di bajunya tertera nama Janury juga tidak mau memberikan komentar panjang lebar. Saat ditanya mengapa korban yang berada di dalam ambulans tidak segera dibawa pergi, Janury hanya mengatakan bahwa dirinya datang untuk storing bengkel.
Berdasar pantauan Pontianak Post setelah pertandingan, mobil ambulans tersebut memang tidak berpindah dari tempatnya. Hanya, di dalam mobil itu sudah tidak tampak lagi jenazah dua suporter yang tewas tersebut. Sementara itu, kondisi suporter Indonesia setelah kekalahan yang menyakitkan tersebut tidak seperti yang dibayangkan. Suporter terlihat sudah dewasa dan mampu menerima kekalahan serta tidak menimbulkan keributan ketika keluar dari area GBK.
Salah seorang suporter yang mengaku bernama Jody Ibrahim menegaskan bahwa hasil kemarin merupakan yang terbaik. Meski tim Merah Putih kalah, dia menganggap itu terjadi karena faktor ketidakberuntungan dalam adu penalti. ”Ini hasilnya. Kalahnya juga lewat adu penalti. Lebih baik yang ini daripada tim seniornya yang dilatih Wim Rijsbergen itu,” tegasnya. (aam/c9/kum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar